Tari Gandrung Makin Berkembang di Kukar, Perpaduan Budaya Banyuwangi yang Memikat Wisatawan

Sabtu, 12 April 2025 02:49 WITA

KURAWAL.ID,TENGGARONG – Kutai Kartanegara (Kukar) selama ini dikenal sebagai “miniatur Indonesia”, tempat bersemainya beragam budaya dari berbagai penjuru nusantara.

Salah satu warisan budaya yang kini semakin hidup dan berkembang di Kukar adalah Tari Gandrung asal Banyuwangi, Jawa Timur—sebuah tarian tradisional penuh pesona yang kini menjelma menjadi ikon budaya yang memikat, bahkan di tanah perantauan.

Tari Gandrung tak sekadar pertunjukan hiburan. Di Kukar, tarian ini menjelma menjadi sarana diplomasi budaya dan media edukasi antargenerasi.

Di tangan komunitas Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi) Kukar, tarian ini diberi nyawa baru: dipentaskan dalam berbagai acara resmi, pertunjukan rakyat, hingga menjadi bagian dalam agenda budaya tahunan yang digelar pemerintah daerah.

Supiyan, Seksi Kesenian Ikawangi Kukar, menyampaikan bahwa Tari Gandrung di Kukar bukan hanya sebagai simbol nostalgia warga asal Banyuwangi, melainkan telah tumbuh menjadi bagian dari identitas kultural Kukar.

“Pengembangan kami lakukan tidak hanya di Tenggarong, tetapi juga di Palaran Samarinda dan beberapa titik lainnya di Kukar,” ujarnya, Sabtu (12/4/2025).

Tarian yang dahulu hanya dibawakan oleh pria dengan busana perempuan—mengikuti tradisi Kerajaan Blambangan—kini dibawakan oleh penari pria dan wanita, lengkap dengan busana khas berwarna mencolok, gerakan gemulai, dan iringan musik tradisional seperti kempul, kluncing, biola, kendang, dan kethuk.

Salah satu daya tarik dari Gandrung adalah keberadaan “panjak” atau narator yang membumbui pertunjukan dengan dialog lucu dan sindiran khas, menambah semarak pertunjukan.

Kesenian ini juga dirawat melalui pendekatan pendidikan. Ikawangi Kukar secara rutin membuka kursus tari gratis untuk anak-anak dan remaja, dengan harapan regenerasi budaya tidak terputus.

“Kami ingin anak-anak Kukar, tidak peduli dari mana asal usulnya, bisa mencintai seni ini sebagai bagian dari kekayaan budaya yang mereka miliki,” kata Supiyan.

Antusiasme masyarakat pun terus meningkat. Dalam banyak pertunjukan Gandrung, tak jarang penonton larut dalam irama dan bergabung menari di tengah pertunjukan.

Momen interaktif seperti ini, menurut Supiyan, menjadi kekuatan utama Tari Gandrung—membawa penonton bukan hanya sebagai pengamat, tapi sebagai bagian dari pertunjukan itu sendiri.

Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar juga memberikan perhatian khusus terhadap pelestarian dan pengembangan Gandrung.

Kabid Pengembangan Ekonomi Kreatif Dispar Kukar, Zikri Umulda, menegaskan bahwa Tari Gandrung merupakan salah satu kesenian yang selalu diikutsertakan dalam event-event resmi pemerintah daerah.

“Kami memberikan dukungan berupa uang pembinaan, peralatan kesenian, serta fasilitasi tampil dalam berbagai festival dan kegiatan budaya,” jelas Zikri.

Menurut Zikri, kehadiran Gandrung dalam ruang publik Kukar adalah bentuk nyata dari kolaborasi pemerintah dan komunitas budaya dalam menjaga warisan seni, sekaligus menjadikannya aset ekonomi kreatif yang bisa membuka peluang bagi generasi muda.

“Dengan pertunjukan yang semakin sering digelar dan keterlibatan anak muda, kami optimis kesenian Gandrung akan tetap hidup dan bahkan bisa menjadi bagian dari strategi pariwisata Kukar yang berbasis budaya,” tegasnya.

Sebagai wajah seni pertunjukan yang memadukan keindahan, interaksi, dan sejarah, Tari Gandrung di Kukar terus menari tak hanya di atas panggung, tetapi juga di hati masyarakat yang menyaksikannya. (*)

Bagikan:
Berita Terkait