Pesona Pulau di Tengah Sungai Belayan, Cerita dari Hulu yang Menggoda Wisatawan

Sabtu, 19 April 2025 05:43 WITA

KURAWAL.ID,TENGGARONG – Di pedalaman Kabupaten Kutai Kartanegara, tepatnya di Desa Muara Ritan, Kecamatan Tabang, mengalir tenang Sungai Belayan—sungai besar yang memeluk desa-desa dan menyimpan kisah yang belum banyak diketahui orang.

Namun di balik aliran airnya yang lembut, tersembunyi sebuah keajaiban alam: pulau kecil yang muncul di tengah sungai, seolah dikirim langsung dari langit untuk menjadi permata wisata Muara Ritan.

Pulau itu tak memiliki nama besar. Ia hanya dikenal warga sebagai “Pulau Sungai”, namun justru dari kesederhanaan namanya lah muncul daya tarik luar biasa. Saat musim kemarau tiba, permukaan air surut dan daratan pulau perlahan menampakkan diri.

Warga pun bersiap, anak-anak menjerit riang, dan para wisatawan berdatangan. Ada yang berkemah, ada yang memancing, dan tak sedikit pula yang hanya datang untuk menikmati keheningan dan keindahan alam yang menyatu sempurna.

“Kalau airnya surut, pulau itu muncul, dan semua orang akan berkumpul. Ada yang membakar ikan hasil tangkapan sendiri. Rasanya seperti berada di dunia lain,” tutur Aldi Maroni, Kepala Desa Muara Ritan, Sabtu (19/4/2025).

Untuk menuju pulau itu, warga telah menyediakan feri penyeberangan. Cukup dengan Rp5.000, pengunjung bisa menyeberang pulang-pergi.

Tapi bagi yang ingin lebih menyatu dengan alam, saat air benar-benar surut, mereka bisa berjalan kaki menyeberangi sungai yang berubah menjadi hamparan pasir sungai yang eksotis.

Pulau di tengah Sungai Belayan hanyalah satu dari serangkaian magnet alam yang dimiliki Muara Ritan. Desa ini juga dikelilingi oleh air terjun tersembunyi yang hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki menembus hutan.

Setiap destinasi seakan menantang pengunjung untuk menyingkap rahasia keindahan alam Kalimantan yang masih perawan.

Tak hanya menjual pemandangan, Muara Ritan kini tengah menyiapkan diri sebagai desa wisata berbasis masyarakat. Langkah pertama yang diambil adalah mengembangkan SDM lokal—melalui pelatihan kewirausahaan, pembentukan UMKM, dan aktivasi kembali peran pemuda desa.

“Kami sadar bahwa kekuatan wisata bukan hanya dari alam, tapi dari manusianya. Maka kami ingin bentuk Pokdarwis, aktifkan pemuda, dan dorong warga agar bisa menjadi pelaku wisata di kampung sendiri,” jelas Aldi.

Muara Ritan tak sendiri. Di sekitarnya berdiri Desa Tukung Ritan dan Ritan Baru, kampung suku Dayak Kenyah yang kaya tradisi dan upacara adat.

Di sisi lain, Desa Buluk Sen menawarkan panorama pegunungan yang menyatu dengan udara dingin dan hening. Kombinasi ini menciptakan klaster wisata budaya dan alam yang bisa bersaing dengan destinasi lain di Kalimantan Timur.

“Kalau musim libur besar, ribuan orang datang ke sini. Mereka bukan hanya dari Tabang, tapi juga dari Kembang Janggut. Karena lokasinya strategis, dikelilingi oleh desa-desa wisata lain,” ujarnya.

Kini, semua potensi itu tak ingin dibiarkan berjalan sendiri-sendiri. Pemerintah desa bersama masyarakat bersiap membentuk kelembagaan yang kuat: Pokdarwis dan BUMDes akan menjadi motor utama dalam pengelolaan wisata yang profesional namun tetap berpijak pada kearifan lokal.

“Kami tidak ingin hanya menjadi tempat singgah. Kami ingin menjadi tujuan. Wisata yang dikelola sendiri, oleh warga sendiri, untuk kesejahteraan bersama,” tegas Aldi penuh harap.

Muara Ritan mungkin masih terdengar asing bagi telinga banyak orang. Tapi seperti sungai yang selalu mengalir ke hilir, desa ini sedang melangkah pasti menuju mimpi yang lebih besar. (*)

Bagikan:
Berita Terkait