Kurawal.id, Tenggarong– Angin perubahan tengah berhembus di sepanjang pesisir Muara Badak, Kutai Kartanegara.
Pantai-pantai yang dulunya dikelola secara swadaya dan sederhana kini bersiap menjelma menjadi destinasi wisata unggulan berkelas, berkat pembinaan terpadu yang digerakkan Pemerintah Kecamatan dan Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar.
Objek seperti Pantai Tanjung Limau yang selama ini ramai dikunjungi warga lokal dan luar daerah menjadi titik tumpu program transformasi wisata.
Tidak lagi hanya soal pemandangan laut dan semilir angin, kini pengelolaan, pelayanan, dan keselamatan pengunjung mulai menjadi perhatian utama.
“Pantai-pantai di Muara Badak ini kan memang dikelola pemilik lahan. Tapi kalau mau berkembang, ya harus lebih profesional. Kami mulai dari hal-hal sederhana seperti pelatihan manajemen tiket, kebersihan, dan standar keselamatan laut,” ujar Camat Muara Badak, Arpan, Selasa (20/5/2025).
Langkah ini bukan sekadar bentuk perhatian pemerintah. Tapi juga respon terhadap lonjakan pengunjung yang kian signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam pandangan Arpan, potensi besar itu harus dijawab dengan kesiapan layanan yang mumpuni.
Lewat serangkaian bimbingan teknis (bimtek), para pengelola pantai, pengurus dermaga wisata, hingga Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) mulai dibekali cara menyusun standar pelayanan—mulai dari kebersihan area hingga protokol keselamatan maritim.
“Kalau pengunjung puas dan merasa aman, mereka akan balik lagi. Bahkan bisa jadi promotor gratis lewat media sosial. Itu lebih efektif dari promosi mahal,” tambah Arpan.
Menariknya, transformasi ini juga menyentuh aspek legal dan administratif. Tak jarang, pelaku usaha wisata kesulitan mengurus dokumen seperti Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) karena terkendala birokrasi.
Kini, hal itu mulai difasilitasi dan disederhanakan melalui kolaborasi dengan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T).
“Banyak pelaku wisata ragu melangkah karena bingung mulai dari mana. Makanya kami dampingi, agar mereka percaya diri jalankan usahanya secara legal,” ujarnya.
Di balik semua ini, terhampar sebuah harapan besar—bahwa geliat wisata pesisir Muara Badak akan menciptakan efek domino ekonomi.
Dari penjual kelapa muda di bibir pantai, pemilik homestay, hingga pengrajin souvenir lokal, semua perlahan bergerak menjemput peluang.
“Kalau layanannya naik kelas, peluang usaha juga ikut tumbuh. Kami ingin ekonomi masyarakat bergerak dari pantai ini,” pungkas Arpan dengan optimisme.
Muara Badak kini tak sekadar destinasi alternatif. Dengan strategi pembenahan berkelanjutan, kawasan ini berpotensi menjadi wajah baru pariwisata Kukar—tempat di mana keindahan alam dan profesionalisme pengelolaan saling bersinergi untuk kemajuan bersama. (*)