Kurawal.id, Tenggarong – Pagi itu, aroma telur rebus tercium di sudut Creative Park Tenggarong. Beberapa anak sekolah tampak duduk di kursi plastik, memegang telur hangat yang baru saja dibagikan.
Senyum mereka merekah, sesekali bercanda dengan teman sebangku. Suasana sederhana itu menjadi gambaran awal dari Gerakan Gemar Makan Telur Rebus (Gema Tebus) yang digagas Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Di tengah gemerlap berbagai jajanan instan yang membanjiri warung-warung sekitar sekolah, Gema Tebus hadir sebagai ajakan untuk kembali pada pilihan makanan yang sederhana, terjangkau, namun kaya manfaat.
Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kukar, Hero Suprayetno, memandang telur sebagai “superfood” yang sering kali diremehkan.
Kandungan proteinnya yang tinggi, lengkap dengan vitamin dan mineral, menjadikannya sumber gizi yang hampir sempurna.
“Telur memiliki kandungan gizi yang lengkap dibanding banyak makanan lain. Harganya terjangkau, pengolahannya mudah, cukup direbus, dan hasilnya sehat,” ungkapnya.
Bagi Hero, Gema Tebus bukan sekadar program. Ia membayangkan gerakan ini menjadi kebiasaan harian yang menempel di ingatan anak-anak Kukar: sarapan satu butir telur rebus sebelum memulai aktivitas.
Data kesehatan menunjukkan, stunting masih menjadi tantangan di sejumlah wilayah Kukar. Di sisi lain, pola konsumsi masyarakat cenderung bergeser ke makanan cepat saji yang tinggi garam, gula, dan lemak.
Di sinilah Gema Tebus memainkan peran penting—mengubah pola pikir bahwa makanan sehat tidak harus mahal atau rumit.
Satu butir telur rebus setiap pagi dapat menjadi langkah kecil yang melindungi generasi muda dari risiko kekurangan gizi.
“Harapan kami, gerakan ini bisa menjadi kebiasaan bersama di sekolah maupun di rumah,” kata Hero.
Gema Tebus mulai diperkenalkan di sela agenda Gerakan Pangan Murah yang digelar di Creative Park, Rabu (13/8/2025). Namun rencananya, kampanye ini tidak berhenti di ruang acara.
Pemkab Kukar akan menggandeng sekolah, kelompok ibu-ibu, dan komunitas lokal untuk menjadikannya gerakan berkelanjutan.
Di beberapa sekolah, guru mulai menyiapkan waktu khusus untuk edukasi gizi. Anak-anak diperkenalkan pada manfaat telur, cara merebus yang benar, bahkan membuat kreasi bekal sederhana berbahan telur.
Telur rebus mungkin terlihat biasa, namun di balik kesederhanaannya tersimpan potensi besar untuk membentuk generasi yang sehat, cerdas, dan produktif.
Gema Tebus adalah bukti bahwa pembangunan SDM tidak selalu harus melalui proyek besar atau program mahal. Kadang, langkah kecil dari dapur rumah tangga bisa menjadi fondasi masa depan daerah. (*)