Kurawal.id, Tenggarong – Di bawah langit cerah awal Agustus, kawasan pusat kota Tenggarong berubah menjadi lautan merah putih.
Di antara deretan bendera yang berkibar, tampak wajah-wajah penuh semangat dari para penyandang disabilitas, berdiri sejajar dengan pejabat, pelajar, dan warga.
Hari itu, Jumat (1/8/2025), menjadi awal gerakan serentak pemasangan bendera Merah Putih di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Dipimpin langsung oleh Bupati Kukar, Aulia Rahman Basri, kegiatan ini menjadi lebih dari sekadar ritual menjelang 17 Agustus.
Ia menjadi panggung inklusivitas, di mana setiap warga — tanpa memandang kondisi fisik — diakui sebagai bagian dari semangat kebangsaan.
“Pengibaran bendera ini bukan hanya soal simbol, tapi bagaimana kita menumbuhkan kembali rasa cinta Tanah Air secara menyeluruh,” ucap Aulia, matanya menyapu barisan peserta yang membawa bendera dengan bangga.
Di barisan depan, Sari, seorang perempuan tuna daksa, memegang bendera dengan kedua tangannya yang sedikit gemetar.
“Baru kali ini saya diundang langsung ikut kegiatan seperti ini,” katanya sambil tersenyum.
“Rasanya bangga sekali, bisa ikut merayakan kemerdekaan bersama semua orang.”
Gerakan ini menjadi bagian dari Gerakan Nasional Pembagian 10 Juta Bendera Merah Putih, namun Kukar memberikan sentuhan berbeda: melibatkan komunitas disabilitas sebagai simbol persatuan.
Bupati Aulia menegaskan, pembangunan di Kukar tidak hanya diukur dari jalan yang mulus atau gedung yang berdiri, tetapi dari seberapa banyak warganya merasa dilibatkan.
“Pembangunan bukan hanya soal infrastruktur, tapi menyatukan semua komponen warga untuk bergerak bersama,” ujarnya.
Bagi Bupati Aulia, melibatkan disabilitas dalam perayaan kemerdekaan adalah cara menghidupkan kembali nilai patriotisme yang mulai pudar.
Ia mengajak semua warga untuk memasang bendera di rumah, kantor, hingga ruang publik. “Semangat ini harus kita rawat. Jadikan bulan kemerdekaan sebagai refleksi dan tekad bersama,” pesannya.
Tak lupa, Aulia menitip pesan khusus kepada generasi muda. “Pemuda Kukar harus menjadi penggerak perubahan. Jadikan kemerdekaan ini sebagai pemantik semangat untuk terus berkarya,” katanya, menegaskan bahwa energi anak muda adalah bahan bakar bagi masa depan daerah.
Rangkaian peringatan HUT RI ke-80 di Kukar tahun ini akan penuh warna. Pemerintah telah menyiapkan ruang bagi komunitas disabilitas untuk tampil dalam kegiatan seni, budaya, dan olahraga.
Semua akan berpuncak pada upacara 17 Agustus yang, menurut Aulia, akan digelar
“lebih khidmat dan penuh makna”.
Saat bendera-bendera itu berkibar di sepanjang jalan Tenggarong, satu pesan mengalir jelas di Kukar, Merah Putih adalah milik semua, dan kemerdekaan adalah ruang di mana setiap orang — tanpa kecuali — berhak berdiri tegak di bawahnya. (*)